Sosok Dr. Dino Patti Djalal dan Gagasan Cemerlangnya
"Shine
through your achievement. Anda boleh saja merasa diri unik, nyentrik, dan
hebat, namun tanpa suatu prestasi Anda tidak akan dianggap orang,"
Itulah
salah satu kutipan inspirasi dari seorang Dino Patti Djalal. Duta Besar
Indonesia untuk Amerika Serikat ini lahir di Beograd, Yugoslavia, pada tanggal 10
September 1965. Dr. Dino adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Professor
Hasjim Djalal dan Jurni. Perlu diketahui bahwa ayahnya, Hasjim
Djalal adalah Duta Besar Indonesia untuk Kanada dan Jerman, dan juga dikenal
sebagai pakar International tentang hukum laut. Dr. Dino kecil mengenyam
pendidikan di SD Muhammadiyah dan SMP Al Azhar Tinggi. Seiring
perjalanan waktu, dia melanjutkan pendidikannya
ke McLean High School, Amerika Serikat, dan melanjutkan S-1 ke Universitas Carleton. Belum puas
dengan gelar sarjana, kemudian dia menyabet gelar Masternya di Universitas
Simon Frazer, Kanada, dan diikuti penyempurnaan gelar doktor bidang hubungan
internasional di London School of Economics and Political Science, Kanada.
Pada
tahun 1987 merupakan langkah awal kariernya, dimulai dengan ambil bagian dari anggota Departemen Luar Negeri. Berbagai tugas kenegaraan diembannya, antara lain
sebagai Jubir Satgas P3TT (Pelaksana Penentuan Pendapat di Timor Timur), Ia sempat menjabat sebagai Direktur Urusan Amerika
Utara dan Amerika Tengah di Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, sebelum
akhirnya bersama Andi Mallarangeng ditunjuk sebagai juru bicara (jubir)
untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan menjabat sebagai jubir selama 6
tahun sejak bulan Oktober 2004 sampai Oktober 2010. Selain
menjabat sebagai seorang Duta Besar, Dr. Dino juga penulis naskah pidato
kepresidenan, Aktivis, akademisi, dan juga penulis buku Best Seller nasional. Adapun
mengenai kehidupan keluarganya, Dr. Dino menikahi Rosa Raj Djalal yang berprofesi
sebagai dokter gigi. Dari perkawinan mereka telah lahir tiga orang anak dengan nama
Alexa, Keanu, dan Chloe.
Gagasan-gagasan yang gemilang telah tercipta dari
tangan Dr. Dino Djalal. Dia adalah konseptor Kehutanan-11 proses, proses
konsultatif yang melibatkan negara hutan hujan tropis di Asia, Afrika dan
Amerika Latin, untuk meningkatkan peran kritis mereka sebagai bagian dari pencegahan terhadap perubahan iklim. Dia juga salah satu pelopor dari Global
Inter-Media Dialog, sebuah wadah yang mempromosikan kebebasan pers serta
toleransi agama dan budaya antara Indonesia dan Norwegia. Dr Dino juga
merupakan konseptor dari Presiden Visitor's Program, sebuah program tahunan
untuk mengundang Friends of Indonesia dari seluruh dunia untuk mengunjungi
Indonesia selama waktu perayaan kemerdekaan pada pertengahan Agustus. Pada tahun 2005, Dia juga menjadi delegasi
Indonesia di program "Pimpinan Network di Perserikatan Bangsa-Bangsa
Dukungan Reformasi", dipimpin oleh Perdana Menteri Swedia Göran Persson. Selian
itu, Dr. Dino juga wakil Sherpa Indonesia untuk G-8 Outreach Summit pertemuan
di Hokkaido, Jepang pada tahun 2008.
Tidak sampai disitu saja, Dr. Dino juga mengandrungi urusan
pemuda dengan menggagas ide “Forum Pemuda Inovatif” pada tahun 2008.
Sebuah forum yang menciptakan kepemimpinan inovatif dari semua sektor
masyarakat Indonesia. Forum ini telah mengadakan serangkaian seminar publik untuk menciptakan pemimpin dalam bidang: tata pemerintahan daerah,
pendidikan, pekerja perdamaian, kesehatan, reformasi birokrasi, kewirausahaan,
Islam moderat, dan perubahan iklim. Selanjutnya, Dr. Dino juga menciptakan lembaga Modernisator – Sebuah pergerakan Pemuda yang fokus dengan anggota
kelompok dari Modernisator tersebar di berbagi kalangan, seperti Gita Wiryawan,
Chatib Basri, Emirsyah Satar, Sandiago Uno, Lin Che Wei, Omar Anwar, Chrisma
Al-banjar, Dian Sastrowardoyo. Ternyata, tidak hanya unggul dalam gagasan berupa
pembentukan forums-forum saja, seorang Dr. Dino pun produkif dalam menghasilkan
karya berupa buku. Salah satu bukunya, edisi keempat yang berjudul “Harus Bisa!” menjadi best seller dengan angka
penjualan mencapai 1,7 juta copi. (yogi/therectornews)
No comments:
Post a Comment